Dunia kripto kembali menyaksikan langkah tak terduga dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) miliknya, World Liberty Financial (WLF), resmi menandatangani Surat Pernyataan Kehendak (Letter of Intent/LOI) dengan Pakistan Crypto Council (PCC) di Islamabad, Sabtu (1/3/2025). Kolaborasi ini digadang-gadang menjadi salah satu upaya terbesar integrasi teknologi blockchain, adopsi stablecoin, dan ekosistem DeFi di Pakistan, sekaligus menegaskan pengaruh Trump di pasar aset digital global.
Pertemuan tingkat tinggi ini melibatkan delegasi WLF pimpinan Zachary Folkman, Chase Herro, serta Zachary Witkoff—putra Steve Witkoff, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah. Di sisi Pakistan, pertemuan dihadiri langsung oleh Perdana Menteri, Kepala Staf Angkatan Darat, hingga Menteri Pertahanan. Agenda utamanya? Membuka jalan bagi integrasi penuh aset kripto ke dalam sistem keuangan negara.
Dari Ruang Rapat ke Transformasi Digital
Menurut sumber terpercaya, diskusi berlangsung intensif selama tiga jam. Pihak WLF menawarkan paket kerja sama mencakup pelatihan teknologi blockchain untuk lembaga pemerintah, pengembangan infrastruktur dompet digital berbasis stablecoin, serta pendirian pusat riset DeFi di Karachi dan Lahore. Tidak tanggung-tanggung, PCC menyambut proposal ini dengan komitmen alokasi dana senilai $200 juta sebagai modal awal.
“Ini bukan sekadar kerja sama bisnis, tapi langkah revolusioner untuk membawa Pakistan menjadi pusat keuangan digital di Asia Selatan,” ujar Folkman dalam konferensi pers usai penandatanganan. “Dukungan penuh dari pemerintah Pakistan, termasuk jaminan regulasi yang jelas, menjadi kunci utama.”
Sinyal positif juga datang dari Perdana Menteri Pakistan yang menyebut kolaborasi ini sebagai “titik balik sejarah ekonomi digital negara.” Meski belum merilis dokumen resmi, kabarnya pemerintah sedang menyiapkan payung hukum untuk legalisasi transaksi kripto di sektor perbankan dan e-commerce mulai 2026.
Mengulik Strategi Trump di Balik Layar
Kehadiran WLF di Pakistan bukanlah kebetulan. Sejak diluncurkan 2023, platform DeFi besutan Trump ini gencar berekspansi ke negara-negara dengan pasar digital yang belum matang, namun memiliki potensi demografis besar. Pakistan, dengan 64% populasi di bawah usia 30 tahun dan penetrasi internet mencapai 45%, menjadi sasaran empuk.
“Trump paham betul bahwa masa depan kripto ada di negara berkembang. Pakistan punya 220 juta penduduk, tapi baru 8% yang terpapar aset digital. Ini pasar yang belum tersentuh,” jelas Amara Singh, analis blockchain dari CryptoWatch.
WLF sendiri dikenal dengan produk unggulannya, LibertyCoin (LBC), stablecoin yang di-backing emas 99%. Keunggulan ini dinilai cocok dengan kondisi ekonomi Pakistan yang kerap dilanda inflasi. “Dengan LBC, masyarakat bisa menyimpan nilai aset tanpa khawatir fluktuasi rupee,” tambah Singh.
Tantangan dan Skema Integrasi
Meski optimisme mengemuka, jalan menuju adopsi massal kripto di Pakistan tidak mulus. Sebelumnya, Bank Sentral Pakistan sempat melarang transaksi aset digital pada 2021 karena kekhawatiran pencucian uang. Namun, tekanan dari industri startup dan kebutuhan akan inklusi keuangan mendorong pemerintah untuk berubah haluan.
LOI WLF-PCC mengusung tiga pilar utama:
- Pendidikan Blockchain: Pelatihan untuk 10.000 profesional TI dan regulator dalam dua tahun.
- Stablecoin Nasional: Mengembangkan stablecoin berbasis rupee bekerja sama dengan bank lokal.
- DeFi untuk UMKM: Pembiayaan mikro berbasis smart contract bagi 500.000 usaha kecil.
Chase Herro, salah satu delegasi WLF, menekankan pentingnya pendekatan bertahap. “Kami tidak ingin membanjiri pasar. Mulai dari sektor ritel, lalu merambah ke layanan publik seperti pembayaran listrik atau pajak,” paparnya.
PCC: Ujung Tombak Ambisi Digital Pakistan
Sebagai mitra lokal, PCC memegang peran krusial. Organisasi yang berdiri 2022 ini terdiri dari gabungan startup kripto, akademisi, dan mantan pejabat bank sentral. Selama setahun terakhir, mereka aktif mendorong revisi Uang Elektronik Pakistan untuk memasukkan aset kripto.
“Kami sudah menyiapkan sandbox regulatory untuk uji coba teknologi WLF. Targetnya, dalam enam bulan, tiga bank besar akan terintegrasi dengan jaringan DeFi mereka,” ujar Dr. Ayesha Khalid, Ketua PCC.
Respons Publik dan Proyeksi Ekonomi
Publik Pakistan terbelah. Kalangan muda dan pelaku teknologi menyambut gembira. “Ini kesempatan emas untuk membuka lapangan kerja di bidang blockchain,” kata Ali Raza, pengembang aplikasi asal Lahore. Sebaliknya, kelompok konservatif khawatir kripto akan mengguncang stabilitas moneter.
Ekonom senior, Dr. Haroon Ahmed, memperkirakan kolaborasi ini bisa menyuntikkan aliran modal asing senilai $1,2 miliar ke Pakistan dalam lima tahun. “Tapi pemerintah harus hati-hati. Mereka perlu membangun sistem pengawasan transaksi real-time untuk mencegah penyalahgunaan,” tegasnya.
Arah Global WLF dan Masa Depan DeFi
Kesepakatan dengan Pakistan menjadi bagian dari strategi global WLF. Sebelumnya, Trump telah menggaet Uni Emirat Arab dan Meksiko untuk proyek serupa. Kabarnya, Indonesia dan Nigeria menjadi target berikutnya.
“WLF ingin menciptakan jaringan DeFi lintas negara. LibertyCoin akan menjadi jembatan antara ekonomi tradisional dan digital,” ungkap Zachary Witkoff.
Di balik layar, langkah Trump ini juga dinilai sebagai manuver politik. Dengan menguatkan pengaruh di sektor kripto—yang kini dikuasai kaum muda—Trump mungkin sedang menyiapkan panggung untuk pemilihan presiden AS 2028.
Yang Perlu Diketahui Masyarakat
Bagi warga Pakistan, berikut poin penting dari kerja sama WLF-PCC:
- Dompet digital WLF akan tersedia di Play Store dan App Store mulai Juni 2025.
- Transaksi menggunakan LibertyCoin tidak dikenakan pajak hingga 2027.
- Pelatihan blockchain gratis terbuka untuk mahasiswa dan pengusaha.
Meski demikian, otoritas tetap mengimbau masyarakat untuk bijak berinvestasi. “Teknologi ini baru. Pelajari risikonya sebelum terjun,” pesan Gubernur Bank Sentral Pakistan dalam siaran pers.
Penutup: Menyambut Era Baru atau Menanti Bencana?
Kolaborasi WLF-PCC ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, Pakistan bisa melompat menjadi pelopor ekonomi digital di kawasan. Di sisi lain, ketergantungan pada teknologi asing dan volatilitas pasar kripto tetap menjadi ancaman.
Satu hal yang pasti: dunia sedang menyaksikan babak baru di mana politik, keuangan, dan teknologi bertautan. Dan Donald Trump, sekali lagi, berada di pusatnya.