Pasar cryptocurrency mengalami koreksi tajam pada perdagangan Senin (8/4/2025), dengan total likuidasi mencapai $1,52 miliar dalam 24 jam. Guncangan ini dipicu kebijakan tarif impor “timbal balik” yang diumumkan Presiden AS ke-47 Donald Trump, memicu kekhawatiran resesi global dan inflasi berkepanjangan.
Berdasarkan data CoinGlass, Bitcoin (BTC) anjlok 14,2% ke level $47.300 – terendah sejak Januari 2025. Aset kripto lain seperti Ethereum (ETH) dan Solana (SOL) bahkan terkoreksi lebih dalam, masing-masing 18,7% dan 22,4%. “Ini adalah hari terburuk bagi pasar crypto sejak krisis FTX 2022,” kata analis platform perdagangan BitMEX, menyoroti volume perdagangan yang melonjak 300%.
Kebijakan Trump yang Mengguncang Pasar
Pada 2 April 2025, Trump secara resmi memberlakukan skema tarif impor baru yang disebutnya “kebijakan liberasi ekonomi”. Aturan ini mengenakan bea masuk 10% untuk semua produk impor ke AS, dengan tambahan tarif spesifik untuk negara tertentu:
- 34% untuk Tiongkok (terutama elektronik & baja)
- 20% untuk Uni Eropa (mobil & produk pertanian)
- 46% untuk Vietnam (tekstil & alas kaki)
- 32% untuk Taiwan (semikonduktor)
“Tarif ini dirancang untuk membalas negara-negara yang selama ini ‘mencurangi’ perdagangan dengan AS,” klaim Trump dalam konferensi pers di Mar-a-Lago. Namun, para ekonom justru menilai langkah ini sebagai bumerang.
Resesi di Depan Mata?
Michael Brown, Ahli Strategi Riset Senior Pepperstone, menjelaskan bahwa tarif Trump memicu efek domino berbahaya. “Kenaikan biaya impor akan mendorong inflasi AS ke kisaran 7-8% dalam 6 bulan ke depan. Di saat bersamaan, permintaan global melemah karena negara lain membalas dengan tarif serupa. Kombinasi inflasi tinggi dan pertumbuhan negatif adalah resep pasti stagflasi,” paparnya kepada Liputan6.com.
Brown menyebut kebijakan 2 April sebagai “kesalahan fatal” yang mengingatkan pada Perang Dagang AS-China 2018-2019. Saat itu, indeks S&P 500 sempat jatuh 19%, sementara harga barang konsumen AS naik rata-rata 12%. “Bedanya, kali ini dunia sedang dalam kondisi rapuh pasca-resesi 2023. Trump menuangkan bensin ke api,” tandasnya.
Mekanisme Likuidasi Crypto yang Mematikan
Likuidasi $1,5 miliar di pasar crypto terjadi melalui mekanisme margin call. Sebanyak 68% posisi yang dilikuidasi adalah kontrak long (taruhan kenaikan harga), menunjukkan sentimen pasar yang terlalu optimis sebelum pengumuman Trump.
Platform derivatif seperti Binance dan OKX melaporkan, rata-rata leverage yang digunakan trader mencapai 25x – artinya penurunan harga 4% saja cukup untuk menghapus seluruh modal. “Banyak investor overtrade karena yakin Fed akan turunkan suku bunga bulan ini. Trump mengacaukan semua prediksi,” ujar CEO firma analisis Chainalysis.
Dampak ke Rakyat AS: Harga Naik, Daya Beli Merosot
Kebijakan Trump bukan hanya masalah Wall Street. The Peterson Institute memperkirakan, keluarga AS rata-rata akan mengeluarkan $2.300 lebih banyak per tahun untuk belanja kebutuhan pokok. Tarif 34% pada impor dari Tiongkok, misalnya, akan menaikkan harga:
- Smartphone: +$120/unit
- Mainan anak: +45%
- Sepeda listrik: +$600
Sektor manufaktur AS juga terancam. Perusahaan seperti Tesla dan Apple telah mengeluhkan kenaikan biaya komponen impor. “Kami mungkin harus memindahkan 40% produksi ke luar AS jika tarif tetap berlaku,” ancam CEO Tesla dalam surel internal yang bocor ke publik.
Sejarah Berulang: Pelajaran dari Perang Dagang 2018
Pada Agustus 2018, Trump memberlakukan tarif 25% untuk $200 miliar barang China. Dampaknya:
- Ekspor AS ke China turun 38% dalam 1 tahun
- Harga mesin cuci di AS naik 12%
- Defisit perdagangan AS-China justru membengkak 15%
“Trump tidak belajar dari masa lalu. Tarif bukan solusi, melainkan amplifikasi masalah,” kritik Prof. Ekonomi MIT, David Autor, dalam wawancara eksklusif. Menurutnya, skema 2025 berisiko memicu perang mata uang jika negara lain sengaja melemahkan kurs untuk mengimbangi tarif.
Masa Depan Crypto: Bearish atau Buying Opportunity?
Meski bearish dominan, beberapa analis melihat koreksi ini sebagai saat tepat akumulasi. Arthur Hayes, mantan CEO BitMEX, menyarankan untuk DCA (Dollar-Cost Averaging) aset seperti Bitcoin dan Ethereum. “Faktor geopolitik hanya sementara. Teknologi blockchain tetap masa depan,” tegasnya.
Namun, riset JPMorgan memperingatkan bahwa crypto masih berkorelasi tinggi dengan saham teknologi. Jika Nasdaq jatuh 20%, Bitcoin bisa terseret ke $38.000. “Investor harus mengurangi eksposur ke aset berisiko sampai ada kejelasan kebijakan,” saran kepala strategi mereka.
Kata Terakhir: Menanti Reaksi Bank Sentral
Segala mata kini tertuju pada The Fed. Jika bank sentral AS menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, tekanan pada crypto dan saham akan bertambah. Sebaliknya, pemotongan bunga bisa menjadi katalis pemulihan.
“Trump mungkin pahlawan bagi basis pemilihnya, tetapi bagi pasar keuangan global, dia adalah badai sempurna,” simpul Brown. “Kita semua harus bersiap untuk bulan-bulan penuh gejolak.”