Megabank Jepang Siap Luncurkan Stablecoin Pertama Bertumpu Fiat, Fokus Awal di Perdagangan Kredit Karbon

Megabank Jepang Siap Luncurkan Stablecoin Pertama Bertumpu Fiat, Fokus Awal di Perdagangan Kredit Karbon

Mitsubishi UFJ Trust and Banking (MUTB), salah satu institusi keuangan terbesar di Jepang, bersiap meluncurkan stablecoin pertama negeri Sakura yang dipatok pada mata uang fiat. Inisiatif ini, seperti dikonfirmasi CEO Hiroshi Kubota kepada Yomiuri Shimbun dan CoinPost, telah memasuki tahap “penyesuaian akhir” setelah rampung dikembangkan akhir 2024. Koin digital ini rencananya akan debut di pasar kredit karbon sebelum berekspansi ke sektor keuangan lain—langkah yang disebut Kubota sebagai “revolusi penyelesaian transaksi.”

Stablecoin Fiat Pertama Jepang: Antara Ambisi dan Teknologi
Sebagai bagian dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) yang menguasai aset senilai ¥363 triliun (2024), MUTB mengklaim stablecoin-nya dirancang untuk memenuhi standar ketat Financial Services Agency (FSA). Berbeda dengan cryptocurrency volatile seperti Bitcoin, stablecoin ini memiliki nilai 1:1 dengan yen Jepang, didukung cadangan penuh di bank.

“Kami tidak hanya mengadopsi blockchain, tetapi juga memastikan compliance dengan Payment Services Act versi revisi 2023,” jelas Kubota dalam wawancara eksklusif. Teknologi Distributed Ledger (DLT) yang dipakai diklaim mampu memproses 10.000 transaksi/detik—angka yang menyaingi Visa/Mastercard.

Fase Pertama: Kredit Karbon sebagai Ajang Uji Coba
Pemilihan pasar kredit karbon sebagai pilot project bukan tanpa alasan. Data Kementerian Lingkungan Jepang menunjukkan volume perdagangan kredit karbon domestik melonjak 240% pada 2024, mencapai ¥120 miliar. Namun, sistem saat ini masih bergantung pada proses manual yang rentan kesalahan dan memakan waktu 3-7 hari kerja.

Stablecoin MUTB diharap memangkas durasi penyelesaian transaksi menjadi di bawah 10 menit. “Setiap koin akan merepresentasikan 1 ton CO2 yang diverifikasi. Ini menghilangkan risiko double-counting lewat smart contract,” papar Kubota. Selain efisiensi, transparansi riwayat kepemilikan karbon menjadi nilai tambah bagi perusahaan yang ingin audit jejak lingkungan.

Ekspansi ke Sektor Lain: Dari Sekuritas hingga E-Commerce
Meski fase awal terfokus pada lingkungan, dokumen whitepaper MUTB menyebut rencana integrasi stablecoin ke:

  1. Penyelesaian transaksi sekuritas (obligasi, saham)
  2. Pembayaran cross-border untuk UMKM
  3. Pembelian token aset real estate
  4. Sistem loyalty program e-commerce

Negara seperti Singapura dan Swiss sudah lebih dulu memanfaatkan stablecoin bank untuk remitansi, tetapi Jepang tampak ingin mengejar ketertinggalan. “Kami sedang berdiskusi dengan regulator di Asia Tenggara untuk interoperabilitas koin ini,” tambah Kubota tanpa merinci timeline.

Dibalik Layar: Mengapa MUTB Pilih Stablecoin?
Sebagai bank dengan sejarah 143 tahun, MUTB sebenarnya bukan pemain baru di blockchain. Sejak 2016, mereka telah uji coba MUFG Coin—proyek yang akhirnya tertunda karena regulasi. Revisi Undang-Undang Pembayaran 2023 lalu membuka jalan dengan mengizinkan bank menerbitkan stablecoin berbacking fiat, asal memenuhi syarat likuiditas dan audit.

Menurut Dr. Kenji Saito, pakar fintech dari Universitas Tokyo, langkah MUTB adalah respons atas tiga tren:

  • Permintaan perusahaan Jepang akan instrumen pembayaran internasional yang murah.
  • Tekanan global untuk transisi energi hijau (kredit karbon).
  • Kompetisi dengan bank sentral seperti ECB dan Fed yang menggarap digital currency.

Dampak Potensial: Lebih dari Sekadar Inovasi Teknis
Jika sukses, stablecoin ini bisa menjadi tulang punggung infrastruktur keuangan Jepang. Analis Nomura Research Institute memperkirakan adopsi luas dapat menghemat biaya transaksi korporat hingga ¥300 miliar/tahun. Sektor logistik dan manufaktur diprediksi paling diuntungkan dari penyelesaian pembayaran real-time.

Namun, tantangan tetap ada. “Integrasi dengan sistem legacy banking membutuhkan waktu. Jangan harap retail customer bisa pakai ini tahun depan,” ungkap Akira Tanaka, CTO fintech startup DLT Solutions. Selain itu, isu privasi data transaksi masih perlu diklarifikasi mengingat blockchain bersifat publik.

Pertaruhan Hiroshi Kubota di Era Digital Banking
Pengangkatan Kubota sebagai CEO MUTB pada April 2024 dinilai sebagai sinyal perubahan. Pria 58 tahun ini sebelumnya memimpin sukses transformasi digital Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, termasuk peluncuran platform blockchain untuk trade finance.

Dalam pidato pertamanya, Kubota menekankan bahwa “bank masa depan harus menjadi platform, bukan sekadar penyimpan uang.” Visi ini selaras dengan rencana perluasan stablecoin yang tidak hanya mentransfer nilai, tetapi juga mencatat kontrak dan kepatuhan regulasi secara otomatis.

Menatap ke Depan: Jepang di Peta Keuangan Digital Global
Peluncuran stablecoin MUTB menandai babak baru persaingan keuangan Asia. Sementara China fokus pada digital yuan dan Korea Selatan menggarap CBDC, Jepang memilih jalur hybrid lewat kolaborasi swasta-regulator. Keputusan ini bisa menjadi referensi bagi negara lain yang ingin merangkul inovasi tanpa mengorbankan stabilitas moneter.

Seperti kata Kubota, “Ini bukan tentang cryptocurrency, tapi membangun sistem keuangan yang lebih inklusif.” Jika semua berjalan sesuai rencana, stablecoin pertama Jepang ini mungkin akan menjadi benchmark bagi bank sentral dunia di masa depan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *