Washington DC – Setelah bertahun-tahun terombang-ambing dalam ketidakpastian, industri kripto AS bersiap menyambut kemenangan legislatif terbesarnya. RUU Stablecoin yang diusung Senator Kirsten Gillibrand (Demokrat-New York) berhasil melewati Komite Perbankan Senat dengan dukungan lintas partai, mengabaikan penolakan sengit dari Senator Elizabeth Warren. Langkah ini dinilai sebagai terobosan signifikan yang bisa mengubah peta regulasi aset digital global.
Latar Belakang: Stagnasi Regulasi dan Desakan Industri
Sejak kemunculan stablecoin pertama pada 2014, Washington gagal merumuskan kerangka hukum yang jelas. Ketidakpastian ini memicu eksodus perusahaan kripto seperti Circle dan Ripple ke yurisdiksi lebih ramah seperti Singapura dan Uni Eropa. Menurut data Blockchain Association, investasi VC di sektor kripto AS anjlok 76% selama 2022-2024, sementara Asia mencatatkan pertumbuhan 210%.
RUU Gillibrand-McHenry (dinamai menurut Demokrat dan Republikan Patrick McHenry) muncul sebagai solusi kompromistis. Intinya:
- Pengakuan Legal: Stablecoin pribadi beraset USD diakui sebagai alat pembayaran sah.
- Pengawasan Federal Reserve: Penerbit wajib menjaga cadangan 1:1 dengan aset likuid dan laporan audit bulanan.
- Pembatasan Penerbitan: Hanya perusahaan berizin federal atau negara bagian yang boleh menerbitkan stablecoin dengan kapitalisasi di atas $10 miliar.
Gillibrand: Dari Underdog Jadi Arsitek Regulasi
Kirsten Gillibrand bukan nama asing di kancah kebijakan fintech. Sejak 2021, Senator 57 tahun ini secara konsisten menyerukan “regulasi yang inklusif, bukan represif”. Kariernya melesat setelah sukses memimpin koalisi bipartisan untuk amendemen pajak kripto dalam Infrastructure Act 2023.
Kini, sebagai Ketua Komite Kampanye Senator Demokrat (DSCC), Gillibrand memegang kunci pendanaan partai. Sumber internal mengungkapkan, 32% donasi DSCC Q1 2025 berasal dari eksekutif fintech – angka yang memicu kritik dari sayap progresif partai.
“Kami tak bisa mengabaikan teknologi yang bisa mendemokratisasi akses keuangan,” tegas Gillibrand dalam wawancara eksklusif pekan lalu. “Stablecoin adalah jembatan antara sistem tradisional dan masa depan.”
Pertarungan di Komite Perbankan: Lima Demokrat Membelot
Pengesahan RUU di Komite Perbankan Senat (23/2) berlangsung alot. Elizabeth Warren memimpin oposisi dengan argumen:
- Risiko stabilitas sistem keuangan jika stablecoin menggantikan deposito bank.
- Potensi penyalahgunaan untuk pencucian uang dan pembiayaan terorisme.
Namun, lima senator Demokrat – termasuk Jon Tester (Montana) dan Jacky Rosen (Nevada) – memilih mendukung RUU. Analis politik menduga, ini terkait tekanan dari konstituen di negara bagian berbasis teknologi.
“Montana adalah rumah bagi 18 perusahaan blockchain. Kami butuh kepastian hukum,” kata Tester dalam pernyataan tertulis.
Dampak Global: Apakah AS Kembali Jadi Pemimpin?
Pengesahan RUU ini bisa menjadi game-changer:
- Stabilitas Keuangan: Dengan regulasi ketat, stablecoin seperti USDT dan USDC akan lebih terpercaya.
- Persaingan dengan CBDC: Bank Sentral AS kini punya mitra swasta dalam pertarungan melawan digital yuan/RMB China.
- Arus Investasi: Analis JP Morgan memperkirakan inflow $120 miliar ke AS jika RUU disahkan.
Namun, tantangan tetap ada. “Penerbit kecil mungkin tersingkir karena persyaratan modal yang ketat,” ujar Dr. Laura Shin, pakar ekonomi kripto dari Universitas Stanford. “Ini bisa memicu sentralisasi di tangan raksasa seperti PayPal atau Amazon yang berencana luncurkan stablecoin.”
Prospek dan Risiko ke Depan
RUU masih harus melalui pemungutan suara di Senat (diperkirakan April 2025) sebelum ke DPR. Meski didukung Biden, ancaman veto tetap ada jika ada amendemen yang melemahkan pengawasan.
Pasar sudah bereaksi positif. Harga stablecoin utama seperti USDC naik 0,15% dalam 24 jam pasca-pengumuman – sinyal langka untuk aset yang dipatok USD. Sementara itu, kurs Bitcoin merangkak naik 2,3% mencerminkan sentimen bullish.
Kesimpulan: Revolusi Diam-Diam di Capitol Hill
Pertarungan RUU Stablecoin lebih dari sekadar kebijakan teknis. Ini adalah ujian bagi AS dalam memimpin inovasi finansial tanpa mengorbankan stabilitas. Jika berhasil, Gillibrand mungkin akan dikenang sebagai “Ibu Regulasi Kripto”. Tapi jika gagal, gelombang disrupsi berikutnya mungkin akan lahir jauh dari Washington.
Seperti dikatakan CEO Circle, Jeremy Allaire: “Ini bukan tentang kripto versus tradisional. Ini tentang membangun sistem yang bisa melayani miliaran orang tanpa bank.” Kalimat yang mungkin akan terus bergema di lorong-lorong Capitol Hill.