Badan Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat (SEC) secara resmi menghentikan penyelidikan hukum terhadap Uniswap Labs, pengembang platform pertukaran terdesentralisasi (DEX) terbesar di dunia. Keputusan ini memicu kenaikan signifikan harga token UNI sebesar 45% dalam 24 jam terakhir, meskipun pasar kripto secara keseluruhan masih tertekan.
Lonjakan harga aset digital milik Uniswap ini terjadi di tengah peluncuran pembaruan teknis Uniswap v4 dan mainnet Unichain – jaringan blockchain khusus yang dirancang untuk meningkatkan skalabilitas transaksi. Analis menilai keputusan SEC menjadi katalis kepercayaan investor terhadap masa depan proyek tersebut.
Latar Belakang Regulasi
SEC telah menginvestigasi Uniswap Labs sejak 2021 dengan tuduhan potensi pelanggaran hukum sekuritas terkait operasi platformnya. Namun, dalam surat resmi yang dikirimkan 12 November 2024, regulator menyatakan tidak menemukan bukti cukup untuk melanjutkan proses hukum.
“Ini adalah kemenangan besar, tidak hanya untuk Uniswap Labs tetapi juga untuk sektor DeFi secara keseluruhan,” ujar CEO Uniswap Hayden Adams melalui unggahan di platform X. “Peraturan keuangan tradisional dirancang untuk lembaga terpusat, bukan protokol yang dijalankan oleh kode terbuka. Kita perlu kerangka hukum baru yang mengakui sifat unik teknologi blockchain.”
Adams juga menyoroti peran kepemimpinan baru di SEC yang dinilainya lebih terbuka terhadap dialog. Gary Gensler, yang dikenal kritis terhadap kripto, digantikan oleh Caroline Crenshaw pada Februari lalu. Di bawah Crenshaw, SEC disebut mulai mengadopsi pendekatan “regulasi melalui keterlibatan” alih-alih langsung menempuh jalur litigasi.
Dampak ke Pasar dan Inovasi Teknis
Data CoinGecko menunjukkan, harga UNI meroket dari US$4.2 menjadi US$6.1 dalam sehari – kinerja terbaik sejak Mei 2022. Volume perdagangan hariannya membengkak 320% mencapai US$850 juta, mengalahkan pesaing seperti PancakeSwap.
Kepercayaan ini didukung oleh inovasi teknis Uniswap. Versi keempat platform (v4) yang dirilis Oktober lalu memperkenalkan “hook” – fitur yang memungkinkan pengembang menyesuaikan fungsi pool likuiditas. Sementara Unichain, jaringan layer-2 berbasis zero-knowledge proof, diklaim mampu memproses 12.000 transaksi per detik (TPS), jauh di atas Ethereum mainnet (30 TPS).
“Penghentian investigasi SEC menghilangkan awan ketidakpastian yang membayangi Uniswap,” jelas Mariana Wu, analis senior di CryptoQuant. “Investor sekarang fokus pada realisasi nilai dari produk mereka, bukan risiko regulasi.”
Debat Regulasi DeFi Memanas
Keputusan SEC ini memicu perdebatan tentang masa depan regulasi DeFi. Sejak 2023, setidaknya 18 negara bagian AS mengajukan rancangan undang-undang khusus untuk aset digital, tetapi belum ada konsensus di tingkat federal.
Profesor Hukum Fintech Universitas Stanford, David Lee, menyatakan kasus Uniswap bisa menjadi preseden. “Ini mengirim sinyal bahwa aktivitas di platform benar-benar terdesentralisasi mungkin berada di luar jurisdiksi SEC. Tapi batasan ‘desentralisasi’ itu sendiri masih abu-abu,”
Di Kongres AS, RUU “DeFi Act” yang mengusulkan pembedaan antara entitas terpusat dan protokol mandiri sedang dibahas. Adams mengaku aktif berdiskusi dengan penyusun kebijakan. “Kami ingin membantu merancang aturan yang melindungi konsumen tanpa meredam inovasi,” tegasnya.
Tantangan ke Depan
Meski berhasil melewati investigasi, Uniswap masih menghadapi tantangan global. Uni Eropa sedang menyusun Markets in Crypto-Assets Regulation (MiCA) yang akan berlaku 2025, sementara Singapura dan Inggris Raya memperketat aturan anti-pencucian uang untuk DEX.
Di sisi teknis, kompetisi di sektor DEX semakin ketat. Data DeFiLlama menunjukkan pangsa pasar Uniswap turun dari 76% (2021) menjadi 58% saat ini, disaingi oleh platform seperti Curve dan Balancer.
Namun, bagi komunitas kripto, keputusan SEC ini menjadi angin segar. “Ini bukti bahwa desentralisasi bukan sekadar jargon, tapi prinsip yang bisa dipertahankan secara hukum,” pungkas Adams.