Paul Atkins, Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat yang baru dilantik, mengisyaratkan perubahan signifikan dalam kebijakan regulasi cryptocurrency selama pidato perdana di panel Gugus Tugas Aset Digital, Jumat (1/3/2025). Dalam forum tersebut, Atkins menegaskan komitmennya untuk merancang kerangka regulasi yang “lebih bersahabat” bagi industri aset digital, sekaligus menekankan pentingnya teknologi blockchain sebagai tulang punggung modernisasi sistem keuangan AS.
“Pelaku pasar tidak bisa terus bekerja dalam kabut ketidakpastian. Mereka layak mendapat aturan yang jelas, konsisten, dan sesuai tujuan,” tegas Atkins, disambut anggukan setuju dari para peserta diskusi. Pernyataan ini dinilai sebagai angin segar bagi industri crypto yang selama 5 tahun terakhir kerap bersitegang dengan SEC karena penegakan regulasi yang dianggap terlalu keras dan tidak adaptif.
Dari Penegak Hukum ke Mitra Inovasi: Pergeseran Arah Regulasi SEC
Sejak ditunjuk oleh Presiden Donald Trump awal Februari lalu, Atkins telah menyuarakan kritik terbuka terhadap kebijakan SEC era sebelumnya yang dinilai menghambat pertumbuhan aset digital. Dalam paparannya, ia menyebut ketidakpastian regulasi sebagai “penyakit kronis” yang memicu eksodus perusahaan blockchain ke yurisdiksi lebih progresif seperti Singapura dan Swiss.
“Kita tidak bisa mengklaim sebagai pemimpin inovasi finansial jika setiap produk crypto harus melewati labirin regulasi yang ambigu. Ini bukan soal melonggarkan pengawasan, tapi menciptakan guardrails yang memungkinkan industri berlari kencang tanpa tersandung,” ujar mantan pengacara Wall Street itu.
Analis pasar memprediksi, langkah pertama Atkins adalah merevisi pedoman klasifikasi aset crypto yang kontroversial. Saat ini, SEC masih menggunakan uji Howey—standar era 1946—untuk menentukan apakah suatu aset digital tergolong sekuritas. Kritikus berargumen, pendekatan kuno ini gagal menangkap kompleksitas teknologi blockchain, sehingga memicu tumpang-tindih kewenangan dengan badan regulasi lain seperti CFTC.
Blockchain: Katalis Revolusi Finansial yang Belum Dimanfaatkan Maksimal
Tak hanya fokus pada regulasi, Atkins juga menjabarkan visi besarnya tentang integrasi blockchain ke infrastruktur keuangan tradisional. Menurutnya, teknologi ini bisa memangkas biaya penyelesaian transaksi saham hingga 40%, mempercepat proses kliring dari 2 hari menjadi hitungan menit, dan mengurangi risiko kecurangan melalui ledger terdistribusi.
“Bayangkan pasar modal di mana setiap transaksi tercatat secara real-time, diverifikasi oleh jaringan, dan bisa diaudit tanpa perlu intermediasi pihak ketiga. Ini bukan mimpi—teknologinya sudah ada. Tantangannya adalah bagaimana kita mengadopsinya tanpa mengorbankan stabilitas sistem,” paparnya.
Untuk mewujudkan hal ini, SEC berencana meluncurkan program sandbox regulasi pada kuartal III 2025. Perusahaan fintech dan startup blockchain akan diizinkan menguji produk di lingkungan terkendali, dengan pembatasan risiko tertentu. Model serupa telah sukses diuji di Inggris dan Uni Emirat Arab, mendorong lahirnya inovasi seperti obligasi tokenized dan platform pinjaman terdesentralisasi (DeFi).
Hester Peirce dan Warisan ‘Safe Harbor’: Pijakan Menuju Regulasi Rasional
Dalam pidatonya, Atkins secara khusus menyoroti kontribusi Hester Peirce, komisaris SEC yang dijuluki “Ibu Crypto” karena advokasinya yang gigih untuk regulasi pro-pertumbuhan. Pada 2020, Peirce menggagas proposal “Safe Harbor” yang memberi waktu 3 tahun bagi proyek crypto untuk berkembang sebelum tunduk pada aturan SEC penuh. Meski belum disahkan, ide ini menjadi fondasi diskusi regulasi saat ini.
“Hester telah membuka jalan bagi pendekatan yang lebih bernuansa. Safe Harbor bukan berarti membiarkan pasar liar, tapi memberi ruang bernapas bagi pengembang untuk berinovasi sambil mematuhi prinsip perlindungan investor,” jelas Atkins.
Peirce, yang hadir dalam panel tersebut, menyambut baik komitmen Atkins. “Ini momentum untuk menata ulang hubungan antara regulator dan inovator. AS punya semua bahan untuk memimpin era Web3, asalkan kita tidak mencekiknya dengan regulasi yang reaktif,” ujarnya.
Kolaborasi dengan Kongres dan Tantangan Politik
Meski optimisme mencuat, jalan menuju regulasi crypto yang komprehensif tidaklah mulus. Atkins harus merangkul kedua partai di Kongres yang masih terbelah soal isu ini. Demokrat cenderung menekankan perlindungan investor dan risiko pencucian uang, sementara Republik mendorong agar AS tidak ketinggalan dari pesaing global.
Kabarnya, draf RUU Pengawasan Aset Digital sedang disusun oleh koalisi lintas partai. RUU ini akan mengklarifikasi kewenangan SEC vs CFTC, menetapkan standar penyimpanan aset kustodial, dan mewajibkan perusahaan crypto memenuhi audit transparansi. Namun, proses legislatif diperkirakan memakan waktu hingga 18 bulan.
Apa Artinya Bagi Pasar dan Investor?
Respons pasar terhadap sinyal dari Atkins cukup positif. Indeks Nasdaq Crypto (NCI) melonjak 7% dalam 24 jam pasca-pidato, dengan aset seperti Ethereum (ETH) dan Solana (SOL) mencetak gain tertinggi. Investor institusi juga mulai meningkatkan alokasi portofolio ke produk crypto, terutama ETF Bitcoin yang disetujui SEC bulan lalu.
“Ini titik balik psikologis. Selama ini, ketakutan akan crackdown SEC membuat banyak dana tertahan di pinggir lapangan. Kini, mereka melihat pintu mulai terbuka,” komentar Linda Parker, analis senior di Bernstein Investments.
Namun, para pakar mengingatkan, perubahan kebijakan tidak akan terjadi dalam semalam. Masih ada pertanyaan kritis seperti penanganan stablecoin, pajak crypto, dan mitigasi risiko sistemik dari DeFi. Atkins sendiri mengakui, “Kami tidak punya semua jawaban hari ini. Tapi komitmen untuk mendengarkan pemangku kepentingan dan belajar sambil bertindak adalah kuncinya.”
Melihat ke Depan: AS di Persimpangan Jalan
Dengan kepemimpinan baru SEC, industri crypto AS berada di ambang babak baru. Jika Atkins berhasil menerjemahkan visinya menjadi regulasi yang hidup, AS berpotensi merebut kembali mahkota inovasi finansial dari negara lain. Namun, kegagalan menyeimbangkan inovasi dan stabilitas bisa memicu gejolak seperti krisis subprime mortgage 2008.
Satu hal yang pasti: era di mana regulator dan inovator crypto berhadapan sebagai musuh telah usai. Seperti kata Atkins, “Ini bukan soal memenangkan pertarungan, tapi bersama-sama membangun sistem yang lebih tangguh untuk abad ke-21.”