Geliat industri cryptocurrency (crypto) memasuki babak baru dengan diluncurkannya National Cryptocurrency Association (NCA), asosiasi nirlaba yang didukung hibah senilai $50 juta dari Ripple, raksasa teknologi blockchain asal Amerika Serikat. NCA hadir sebagai respons atas lonjakan pengguna crypto di AS yang mencapai 55 juta orang per Februari 2025, sekaligus menjawab kebutuhan edukasi publik yang masih timpang soal aset digital.
“Kami ingin membangun narasi yang utuh tentang crypto, bukan sekadar harga atau volatilitas,” tegas Jessica Lin, CEO NCA, dalam konferensi pers virtual, Senin (1/3/2025). “Melalui platform edukasi berbasis kisah, kami akan mengungkap sisi humanis di balik teknologi ini—bagaimana crypto mengubah hidup petani di Afrika, atau menyelamatkan UMKM saat krisis.”
Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Ripple, yang menurut Brad Garlinghouse, Direktur Utama perusahaan, sejalan dengan visi mereka untuk “membuka potensi inklusi finansial melalui blockchain.”
Latar Belakang: Crypto Makin Masif, Edukasi Jadi Tantangan
Berdasarkan data Chainalysis 2025, kepemilikan crypto di AS melonjak 210% dalam lima tahun terakhir, dengan 1 dari 6 warga kini memiliki aset digital. Namun, survei Forrester Research mengungkap hanya 34% pengguna yang paham dasar-dasar keamanan wallet atau mekanisme smart contract.
“Banyak orang terjun ke crypto karena FOMO (fear of missing out), tapi minim literasi. Ini berisiko,” ujar Lo Kheng Hong, analis keuangan independen yang kerap dijuluki “Warren Buffett-nya Indonesia.” Menurutnya, inisiatif seperti NCA bisa menjadi “rem darurat” untuk mencegah investor pemula terjebak manipulasi pasar.
NCA sendiri mengusung tiga program utama:
- Kelas Daring Interaktif dengan modul mulai dari level pemula hingga ahli.
- Podcast Serial yang menampilkan kisah inspiratif pengguna crypto dari 30 negara.
- Simulator Investasi berbasis AI untuk melatih pengambilan keputusan di kondisi pasar volatil.
Binance dan GFI Buka 500 Beasiswa, Fokus ke Regulasi
Tak mau ketinggalan, Binance—bursa crypto terbesar dunia—bermitra dengan Global Fintech Institute (GFI) meluncurkan program beasiswa bagi 500 peserta terpilih. Kursus selama enam bulan ini akan fokus pada aspek hukum dan regulasi crypto, termasuk pencegahan pencucian uang (AML) dan pajak aset digital.
“Regulator di seluruh dunia sedang mengejar ketertinggalan dalam membuat kebijakan crypto. Kami butuh talenta yang bisa menjembatani celah antara inovasi dan kepatuhan,” jelas Changpeng Zhao (CZ), CEO Binance. Peserta terbaik berkesempatan magang di lembaga seperti Financial Action Task Force (FATF) atau divisi compliance perusahaan fintech.
Mengapa Edukasi Crypto Mendesak?
Pakar keuangan behavioral Dr. Richard Smith dari University of California menyoroti dua faktor krusial:
- Demokratisasi Investasi: Aplikasi seperti Robinhood atau Pintu memungkinkan siapa saja membeli crypto dalam hitungan menit, bahkan tanpa memahami cara kerja blockchain.
- Risiko Scam: Menurut Federal Trade Commission (FTC), kerugian akibat penipuan crypto di AS mencapai $3,2 miliar pada 2024—naik 180% dari 2023.
“Edukasi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan dasar. Sama seperti Anda tidak menyetir tanpa SIM,” tandas Smith.
Kritik dan Tantangan ke Depan
Meski mendapat sambutan positif, sejumlah pihak mengingatkan potensi bias dalam program NCA. “Ripple adalah perusahaan dengan kepentingan spesifik. Kami khawatir kurikulumnya hanya mempromosikan produk tertentu, seperti XRP,” kritik Erik Voorhees, CEO platform trading ShapeShift.
Lin membantah tudingan ini: “Konten edukasi NCA diawasi oleh dewan independen, termasuk akademisi dan NGO. Transparansi adalah prioritas kami.”
Tantangan lain datang dari segi teknis. Survei GFI menunjukkan 62% calon peserta beasiswa mengeluhkan keterbatasan akses internet di daerah rural. “Kami sedang berkoordinasi dengan provider lokal untuk subsidi kuota,” jawab Maria Zhang, COO GFI.
Apa Dampaknya bagi Pasar?
Analis memprediksi gelombang edukasi massal ini akan menciptakan tiga efek domino:
- Penurunan Volatilitas: Investor yang lebih teredukasi cenderung tak mudah panik saat harga fluktuatif.
- Peningkatan Adopsi Institusi: Pengetahuan yang memadai membuka pintu bagi dana pensiun atau asuransi untuk alokasi crypto.
- Inovasi Regulasi: Lulusan program Binance-GFI diharapkan menjadi “jembatan” antara regulator dan pelaku industri.
“Ini langkah awal yang vital. Crypto tak lagi bisa dianggap sebagai ‘Wild West’ di sektor keuangan,” pungkas Michael Saylor, CEO MicroStrategy, yang telah mengalokasikan 90% aset perusahaannya ke Bitcoin.
Penutup: Menuju Ekosistem Crypto yang Inklusif
Peluncuran NCA dan program beasiswa Binance-GFI menandai era baru di mana edukasi menjadi tulang punggung pertumbuhan industri. Namun, kesuksesan inisiatif ini bergantung pada kolaborasi multipihak—mulai dari regulator, pelaku bisnis, hingga komunitas lokal. Seperti kata pepatah di dunia crypto: “WAGMI” (We All Gonna Make It)—asal kita mau belajar bersama.