Komite Pasar Terbuka Federal Amerika Serikat (FOMC) akhirnya mengumumkan keputusan kebijakan moneter pertamanya untuk tahun 2025. Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Rabu waktu setempat, The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya tetap berada di kisaran 4,25% hingga 4,5%. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar global yang telah mengantisipasi pendekatan berhati-hati dari bank sentral AS di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh dengan ketidakpastian.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa kebijakan suku bunga yang dipertahankan saat ini merupakan langkah yang paling tepat mengingat tren positif dalam pengendalian inflasi serta kondisi pasar tenaga kerja yang tetap kuat. Ia menekankan bahwa meskipun inflasi telah menunjukkan tanda-tanda perlambatan, tekanan harga masih menjadi tantangan yang harus terus diawasi dengan cermat. Powell juga menyebut bahwa bank sentral akan terus mengevaluasi data ekonomi terbaru guna menentukan langkah kebijakan moneter selanjutnya.
“Kami melihat kemajuan yang signifikan dalam upaya mengendalikan inflasi, namun masih ada beberapa risiko yang harus diperhatikan. Kami akan tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi ke depan dan siap untuk menyesuaikan kebijakan jika diperlukan,” ujar Powell dalam konferensi pers pasca-pengumuman keputusan FOMC.
Pernyataan resmi The Fed juga mengakui bahwa tingkat pengangguran di AS masih berada dalam level yang rendah dalam beberapa bulan terakhir, mencerminkan pasar tenaga kerja yang tetap solid. Faktor ini mendukung tujuan utama bank sentral dalam memaksimalkan lapangan pekerjaan. Namun demikian, The Fed menyoroti adanya ketidakpastian dalam prospek ekonomi, termasuk risiko terhadap inflasi dan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun domestik.
Reaksi pasar terhadap keputusan ini cukup beragam. Beberapa aset berisiko, seperti saham dan mata uang kripto, mengalami pelemahan meskipun dalam skala yang tidak terlalu signifikan. Bitcoin, misalnya, mencatat sedikit penurunan setelah pengumuman The Fed, sementara indeks saham utama di Wall Street juga mengalami fluktuasi sebelum akhirnya stabil. Investor tampaknya masih mencerna dampak dari kebijakan moneter ini terhadap prospek ekonomi jangka panjang.
Di sisi lain, pasar obligasi merespons keputusan The Fed dengan relatif stabil, mengingat kebijakan ini sudah diprediksi sebelumnya oleh sebagian besar pelaku pasar. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tidak mengalami perubahan drastis, mencerminkan ekspektasi bahwa bank sentral kemungkinan besar akan tetap mempertahankan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan, kecuali terjadi perubahan signifikan dalam indikator ekonomi utama.
Ke depan, fokus utama pasar akan tertuju pada data ekonomi selanjutnya, terutama inflasi dan pertumbuhan tenaga kerja, yang akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah kebijakan The Fed. Para analis juga memperkirakan bahwa bank sentral akan tetap bersikap fleksibel dalam merespons dinamika ekonomi yang terus berkembang, terutama dengan adanya ketidakpastian global yang masih membayangi pasar.
Dengan kebijakan suku bunga yang tetap stabil, The Fed berupaya menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi agar tetap berada dalam target yang diinginkan. Namun, dengan inflasi yang masih menjadi perhatian utama, pelaku pasar dan ekonom akan terus mencermati setiap langkah dan pernyataan dari bank sentral untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan kebijakan di masa mendatang.